Pendulangan Intan Cempaka
adalah lokasi pendulangan batu intan dan emas yang diolah secara tradisional yang berada di kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Lokasi ini hanya berjarak sekitar 47 km dari Banjarmasin, atau sekitar 7 km dari pusat kota Banjarbaru.
Lokasi mendulang ini kebanyakan berada di Sungai Tiung dengan dua titik yang paling terkenal, yakni Pumpung dan Ujung Murung. Para pendulang masih menggunakan cara tradisional untuk menyisihkan batu mulia dari pasir atau lumpur sungai..
Untuk wisatawan lokal maupun internasional dapat juga merasakan sensasi mendulang intan secara langsung. Grand Dafam Q Hotel Banjarbaru yang berjarak hanya 25 menit dari tempat pendulangan intan cempaka memberikan pelayanan yang tak terlupakan kepada tamu yang menginap, mulai dari pengantaran, penjemputan, akses mendulang bersama para pendulang profesional dan keseruan-keseruan lain yang bisa di eksplore dan di abadikan.
Lokasi yang menjadi tempat mendulang bisa mencapai kedalaman 15 meter. Para pendulang bisa menghabiskan waktu seharian di sana dengan mengandalkan alat yang disebut linggangan, berbentuk kerucut seperti caping terbalik dan terbuat dari kayu. Untuk mengambil air dan mencuci hasil temuan digunakan pompa air listrik.
Pendulang biasanya bekerja dalam kelompok terdiri dari dari 10 sampai 15 orang.
Yang menarik adalah adanya tabu tertentu menurut kepercayaan masyarakat lokal dalam mendulang intan di Cempaka, yaitu tabu bagi mereka menyebutkan kata "intan" atau "berlian". Penyebutan kata intan atau berlian dipercaya akan mendorong batu mulia pergi. Oleh karenanya, mereka menyebutnya dengan sebutan "galuh"
Intan Trisakti adalah nama sebuah intan yang sempat menggemparkan dunia batu mulia khususnya di Indonesia karena nilai paling tinggi yang pernah ditaksir hingga mencapai 10 triliun rupiah. Diberi nama Trisakti oleh Presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno.
Pada tanggal 26 Agustus 1965, kelompok pendulang intan yang diketuai oleh H. Madsalam menemukan sebuah intan cukup besar, seukuran telur burung merpati, di lokasinya Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Banjarbaru. Saat ditemukan, beratnya adalah 166,75 karat dan setelah diasah menjadi berlian nilainya meroket hingga mencapai 10 triliun rupiah.
Para penemunya yang berjumlah 43 orang mendapat ganti senilai Rp 3,5 miliar. Namun, karena ada sanering (perubahan nilai uang dari Rp 1.000 menjadi Rp 1), akhirnya uang yang diterima hanya Rp 3,5 juta. Uang balas jasa ini kemudian dipakai untuk naik haji bagi penemu dan keluarganya serta pihak lain yang terlibat, semuanya berjumlah sekitar 80 orang.
Pada tanggal 26 Agustus 1965, kelompok pendulang intan yang diketuai oleh H. Madsalam menemukan sebuah intan cukup besar, seukuran telur burung merpati, di lokasinya Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Banjarbaru. Saat ditemukan, beratnya adalah 166,75 karat dan setelah diasah menjadi berlian nilainya meroket hingga mencapai 10 triliun rupiah.
Para penemunya yang berjumlah 43 orang mendapat ganti senilai Rp 3,5 miliar. Namun, karena ada sanering (perubahan nilai uang dari Rp 1.000 menjadi Rp 1), akhirnya uang yang diterima hanya Rp 3,5 juta. Uang balas jasa ini kemudian dipakai untuk naik haji bagi penemu dan keluarganya serta pihak lain yang terlibat, semuanya berjumlah sekitar 80 orang.
Selepas kejadian penemuan yang menghebohkan itu, nyaris belum pernah ditemukan lagi intan yang bisa mengalahkan kemasyhuran Intan Trisakti. Penemuan intan berukuran lebih besar pernah terjadi, tetapi tidak begitu menggemparkan seperti halnya Intan Trisakti. Beberapa di antaranya adalah:
Intan Putri Malu, 200 karat, ditemukan di Antaruku, Kecamatan Pengaron pada tahun 2008
Intan Galuh Cempaka 5, 106 karat, ditemukan di Cempaka pada tahun 1850
Intan Galuh Pumpung, 98 karat, ditemukan di Cempaka pada tahun 1990.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar